Selasa, 18 November 2014

Cerita Waktu Muda

“Mati gue” adalah kata-kata pertama yang terlontar ketika mendengar hasil dari kocokan arisan blog buat minggu ini. Betapa tidak, topik minggu ini adalah “first crush.” Sungguh sebuah topik yang sangat tidak bersahabat untuk orang yang sudah masuk golongan ganda campuran, nggak single lagi. Kalian mah enak wahai Yessika, Niwa, Iin….menceritakan nostalgia puppy love unyu-unyu dengan enteng. Saya rasa mereka ngetiknya sambil tengkurap di kasur, di depan laptop, senyum –senyum kecil, pipinya merona, dan kadang-kadang guling-gulingan sambil geli mengingat keluguan masa kecil mereka.  Lha saya….. ngetiknya penuh tekanan, kaya sedang  diawasin sama istri sambil dia menimang-nimang penggiling roti. Padahal mah keluarga kami nggak punya penggiling roti. Tapi kemudian saya denger suara dari sebelah kiri telinga saya yang membisikkan “wis tulis ae…lanang pora kowe?” saya pun mengangguk setuju, namun tiba-tiba di telinga kanan saya ada yang berbisik “iki dudu masalah lanang po ora…iki masalah sesuk kowe turu njaba opo turu njero.” Daaaan lenyaplah keberanian saya nulis tentang first crush saya.

Tapi tantangan adalah tantangan. Harus dihadapi. Oke lah, di bawah ancaman penggiling roti imajiner dan resiko tidur di luar, saya kembali menuliskan pengalaman puppy love saya.  Date back to my childhood, sebenernya di masa-masa Taman Pendidikan Al-Quran saya pernah mengidolakan salah satu guru ngaji saya. Tapi nggak sampai menjadikan dia oshi sih. Belakangan, setelah saya sudah besar, saat saya sudah tau bagaimana sepak terjang beliau, hilang lah rasa idolisasi (uopoooh iki) saya ke beliau. Maju sedikit ke masa saya kelas enam SD, saya juga pernah suka sama seorang pramuka dari SD lain yang saya temui di Perkemahan Bulan Agustus. Beberapa waktu kemudian saya mendengar kabar kalau dia “kecelakaan” dalam tanda petik….dan wuusss hilanglah rasa suka saya. Kemudian saya memasuki masa SMP. Saya masuk ke kelas 1.C dan di sanalah saya bertemu dengan seorang cewek yang di kemudian hari akan menjadi bahan ejekan oleh temen-temen kuliah saya. (Lho kok iso Ru? ---- Yo makane diwoco terus ngko tak critake, ojo crigis…). Namanya Nisa, dia berkerudung, rambutnya panjang. (lho kok iso ngerti rambute dowo? Kan jilbaban? ----- sik to…cen cah crigis og kowe!). saya tau dia berambut panjang karena saya melihat pas photo-nya dia. Singkat kata saya jatuh hati sama dia, tapi, berhubung saya dulu adalah anak cupu…ya sampai sekarang juga cupu sih… saya tidak pernah nembung dia. Padahal kami tiga tahun selalu satu kelas pas SMP. Ketika SMA pun kami satu sekolah, walaupun tidak pernah satu kelas bareng. Selama enam tahun di sekolah, sebenernya kami sama-sama tahu tentang perasaan kami masing-masing, tapi mungkin sebagai cewek dia nunggu saya untuk nembung, tapi sayanya malah leda-lede ndak karuan karena tidak punya nyali. Hubungan kami sebatas saling pinjam-meminjam kaset The Moffats saja…bahkan ngobrol saja kami awkward… Oh iya saya pernah dikasih kaset Britney Spears album yang pertama, pas dia masih lucu-lucu nggemesin gitu, inget kan? Pasti inget lah ya hehehe. Bahkan pas SMA itu saya pernah berpacaran sepihak, tapi bukan sama Nisa. Waini…. bisa jadi side story nih….ntar saya ceritain deh ya di bawah kenapa bisa sepihak.

Lulus dari SMA, kami kebetulan (?) kuliah di kota yang sama, walaupun beda Universitas. Dan saya akhirnya berani nembung, saya lupa sih kapan, bagaimana, dan di mana tepatnya. Namun, kemudian lama-lama saya merasa bosan, dan saya berniat untuk break dulu. Maksud saya sih break sebentar sampai waktu yang tidak ditentukan tapi Nisa beranggapan lain, dia mengartikan kalau saya minta putus. Saya masih ingat betul, waktu itu kami lagi dalam perjalanan mudik dari Semarang naik bus. Di dalam bus saya memberanikan diri untuk bilang “eh kayaknya kita break dulu deh” yang dijawab langsung oleh Nisa “hhmmm yaudah, tapi aku harus traktir temen kos nih.” “lho kenapa?” Tanya saya. “Karena dulu waktu kita jadian, aku gak sempet traktir, jadi mereka minta traktir kalau pas kita putus.” Di situlah saya sadar kalau saya salah ngomong, tadinya minta time out sebentar tapi diartikan putus… baiklah saya pun akhirnya menyanggupi. Jadi kami resmi putus, tapi saya kadang masih dolan ke kos dia, walaupun sudah tidak berpacaran, silaturahmi harus tetap dijaga dong… betul nggak jamaah? Eee jamaaaaaah…alhamdu?....lillaaaaah…. (apa dah Ru…). Naaahh…. Cerita kenapa saya diejek karena Nisa ini dimulai. Jadi ya, kan saya tidak bisa naik motor, sedangkan jarak kosan saya dengan Nisa jauh banget, maka kalau saya mau dolan saya mengajak teman saya, yang cukup akrab, untuk mboncengin saya. Kawan saya ini jomblo, setelah putus dari pacarnya yang satu Universitas dengan Nisa. Jadi dulu waktu ngapel pun kadang kita bareng berangkatnya hehehe. Waktu itu saya sudah mulai pedekate sama cewek yang sekarang jadi mamahnya anak saya. Pada suatu hari, kawan akrab saya tiba-tiba Tanya, “Ru kalau aku SMSan sama Nisa gapapa kan?” “Lho ya gapapa….memang kenapa?” jawab saya. Ya, ternyata mereka sudah tukeran nomer HP dan sering SMSan. Long story short, akhirnya Nisa jadian sama kawan akrab saya itu, dan inilah yang jadi sebab kenapa saya diejek sama temen-temen kuliah saya. Saking akrabnya sampai pacar aja gantian, begitu kata mereka. Begitulah, cerita tentang …uumm bukan first crush sih, tapi pacar pertama lebih tepatnya. Eh nggak juga ding, kan ada pacaran sepihak yang tadi saya janji ceritain ya hehehe.

Begini nih ceritanya, jadi dulu saya pas kelas dua SMA punya temen sekelas yang naksir berat sama saya. Sering banget dia memberikan sinyal-sinyal asmara, menunjukkan bahwa dia suka sama saya. Tapi dasarnya saya cupu, saya tidak pernah nembung dia, walaupun saya tau dia suka. Ya mungkin karena saya merasa dia tidak menimbulkan reaksi kimia. Sampai pada suatu hari saat kami kelas 3, saya main ke kelas dia, setelah ngobrol-ngobrol tiba-tiba dia bilang “eh Ru, pacaran yuk” saya langsung jawab “ayo…” karena saya kira dia cuma bercanda. Habis itu pun kami masih tetep ngobrol biasa. Hingga pada keesokan harinya, ada seorang temen yang nanya “Ru kamu jadian sama Mita?” “heh? Kata siapa?” saya balik tanya. “Tadi dia ngomong ke aku” balas temen saya. “Ah nggak….becanda” kata saya. Dan hari-hari setelah itu pun berjalan, tapi tidak terjadi sesuatu yang spesial antara kami. Hingga pada suatu hari, Mita dateng ke kelas saya, dia bilang “Ru kayanya kita putus aja, aku nggak boleh pacaran dulu sama orang tua ku.” Saya hampir saja menjawab “emang kita pacaran ya?” tapi saya urungkan, bisa dilempar pot bunga nanti. Secara diplomatis saya menjawab “yaudah kalo gitu.” Di saat itu saya baru sadar, ternyata dia serius waktu ngajakin pacaran, tapi saya malah becanda. Jahat banget ya.    




P.S. : this is weird.... sesaat setelah saya post tulisan ini, tiba tiba ada chat facebook masuk....guess what siapa yang chat? dia adalah kawan akrab saya dulu itu, yang sekarang sudah jadi suami Nisa (iya lupa saya cerita ya...Nisa dan temen saya itu sudah menikah, dikaruniai satu anak, dan Desember ini akan bertambah lagi anaknya hehehe)

Senin, 10 November 2014

Just Another Service Provided by Your Friendly Neighborhood

Merah biru pakaian yang dikenakannya
Web-shooter senjata andalannya,
Yang kekuatannya melebihi manusia biasa
Yang membuat para perusuh lari takut akan dirinya
Peter Parker, pemuda gagah perkasa
Yang mempunyai kekuatan super

Saya hafal sekali potongan lirik lagu rap ini yang, setelah saya google, katanya dinyanyikan oleh grup rap P-Squad.  Dari liriknya sudah pasti ketebak dong lagu ini adalah sound track film apa; merah biru, web-shooter, dan Peter Parker adalah hints yang lebih dari cukup untuk menebak. Yap, Spider-Man adalah tokoh fiksi superhero yang saya favoritkan. Seingat saya dulu ada serial kartun Spider-Man yang ditayangkan di RCTI sore hari. Serial itulah yang membuat saya menyenangi tokoh superhero ini.

Peter Parker adalah remaja nerdy yang akibat digigit laba-laba laboratorium jadi memiliki kekuatan dan sifat-sifat alamiah laba-laba. Pada versi kartun yang saya ingat, Peter Parker hanya diwarisi kemampuan “nempel di dinding” dan “spider sense” sementara jaring laba-laba dan pelontar jaringnya adalah hasil kreasi dari Peter yang jenius. Digambarkan kalau jaring laba-labanya direkayasa sedemikian rupa sehingga bisa kuat seperti serat baja namun akan lumer dalam hitungan jam, karena kalau tidak begitu, maka kota akan direpotkan dengan sampah bekas jaring laba-laba si wall-crawler yang suka gelantungan di gedung-gedung.  Alat pelontar jaring tersebut pun adalah hasil kreasi Peter yang kadang bisa macet di tengah-tengah aksi Spider-Man membasmi kejahatan.  Salah satu hal yang membuat saya tertarik dengan Spider-Man adalah celotehan kocak saat bertarung dengan musuh-musuhnya. Dia selalu “bercanda” bahkan saat dia melawan musuh yang sangat kuat. Itulah yang jadi ciri khas si web-face ini. Peter Parker, seorang kutu buku pendiam dan anak yang susah bergaul, seperti menemukan sisi lain dirinya yang humoris, sarkastik, dan konyol  saat berada di balik topeng jaring. Tapi bukankah sebagian besar manusia memang begitu, cenderung menampakkan “jati dirinya” ketika “bertopeng.” (halah malah ngelantur hehehe).

Tapi sebagai a self claimed Spider-Man fan, saya merasa gagal karena saya tidak mengikuti jalan cerita Spider-Man versi komiknya. Saya bukannya tanpa usaha, tapi sudah lama saya googling tentang di mana bisa didapat komik Spider-Man, yang gratis tentunya; namun sangat sulit sekali. Jadi apabila di antara pembaca blog ini ada yang mempunyai informasi atau bahkan mempunyai komik Spider-Man lengkap sudi dan berbaik hati untuk meminjamkan kepada saya? hehehe

Senin, 03 November 2014

Saddest Movie? nggak ingat tuh :(

Wah…. Tema arisan blog kali ini bener-bener “nggak gue banget.” Hehehehe. Tema untuk arisan blog minggu-ke-berapa-ini-saya-lupa adalah “the saddest movie.” Dua alasan bahwa tema minggu ini “nggak gue banget” adalah: satu, saya tidak terlalu hobi nonton film, dan dua, saya tidak suka film sedih. Beberapa film yang saya tonton biasanya adalah film tentang superhero, tentang dooms day, film adventures, film komedi,  dan genre-film-sejuta-umat komedi romantis. Itupun saya menonton tidak di bioskop, yaaa kecuali ada yang mengajak nonton bareng sih.  

Dalam hal menonton film, saya termasuk dalam golongan penonton yang saya sebut sebagai “escape viewer,” menonton film hanya untuk hiburan sahaja, tidak mau repot-repot memutar otak menebak jalan cerita. Dan saya tidak merasa terhibur dengan menonton film sedih (?). Tapi demi memenuhi tuntutan tema arisan dan demi tidak berhutang traktiran karena tidak mengirimkan post sesuai tema, (bahkan hutang yang kemarin belum juga dibayar) saya harus menggali ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Hhhmmmm….setelah lama berpikir sembari mendengar lagu jeketi fortietit, esenesde, dan main ef-em, tetap saja saya tidak menemukan ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Tapi syukurlah, saat mendengarkan lagu “I don’t wanna miss a thing” saya jadi ingat bahwa saat saya nonton film Armageddon, ada satu scene yang membuat saya meneteskan air mata.



Mind the flag…. Itu scene pas si Bruce Willis dengan suka rela berkorban untuk, secara manual, menekan tombol bom yang akan meledakkan asteroid (dan dirinya) karena kendali jarak jauh bom tersebut rusak. Mungkin waktu itu adegannya terlalu didramatisir sehingga saya jadi ikut bersedih. Atau mungkin jiwa kebapakan saya sudah muncul waktu itu, karena Bruce Willis rela berkorban untuk menyelamatkan pacar anak perempuannya yang juga berada di dalam pesawat bersama dia.

Kalau adegan sedih yang saya tonton baru-baru ini sih mungkin adegan saat Cik Gu Jasmin berpamitan pada Upin, Ipin, Mei-Mei, Mail, Fizi, Jarjit, Ehsan, dan kawan-kawan di hari terakhirnya mengajar di Tadika Mesra karena dia akan melanjutkan kuliah di Kuala Lumpur. Oh iya, dan saat Opa sakit, adegan itu dibuat dengan sangat sedih sampai saya khawatir kalau umur Opa sudah tidak lama lagi, dan akan meninggalkan Upin, Ipin, serta Kak Ros sedirian. Mereka bertiga adalah yatim-piatu, kalau ditinggal Opa, tak terbayangkan apa yang akan terjadi pada mereka.