Selasa, 23 Desember 2014

Indonesia Haibat

Nuwun sewu, perkenalkan namaku Paijo. Dari bahasa dan namaku, pasti njenengan sudah tau tho kalau aku itu orang desa dan asal nya dari Jawa Tengah, atau yang sering njenengan orang Ibu Kota sebut sebagai Jawa. Padahal yo orang Jakarta itu secara geografis yo sama, orang Jawa juga, tapi yo wis ben, kan njenengan lebih berpendidikan dari aku. Aku ini baru datang dari kampung ke Jakarta. Ternyata kata orang-orang kampung kalau Indonesia sudah maju itu bener…..yo paling tidak Jakarta. Lha iya tho, Jakarta kan Ibu Kota Indonesia; kalo ibarat rumah yo ruang tamune Indonesia. Ruang tamu itu kan kudu apik, kudu bagus, ben ndhak keliatan saru dilihat orang luar, masalah dapurnya kotor sih ya urusan nanti.

Indonesia itu pembangunannya sudah maju. Coba lihat di Jakarta ini, bangunannya sudah bagus bagus; tinggi-tinggi, megah-megah. Orang-orang yang ada di gedung gedung itu juga nggantheng dan ayu ayu. Mereka itu orang yang sibuk sekali, jalannya cepet-cepet, naik kendaraan pun cepet-cepet sampe ndhak punya waktu berhenti di lampu merah. Lha nek berhenti di lampu merah sing suwine ngono, ntar telat masuk kantor; nek telat masuk kantor ngko kerjanya terhambat, ndhak produktif kalo kata mereka; nek ndhak produktif, kantornya rugi; nek kantor rugi, bisa tutup kantornya; nek kantor nanti banyak yang tutup , perekonomian negara runtuh; yo nanti akibatnya ditanggung kita-kita semua. Lha opo ora penting  kuwi. Hebat tenan orang orang Jakarta ini. Di Jakarta itu banyak orang kaya, banyak orang punya kendaraan uapik uapik. Makane aku ke Jakarta. Aku kepengen kaya mereka itu, bisa kerja pake pakeyan rapi, pake dasi, naiknya mobil. Wuah, mbois to!

Di Indonesia, kemerdekaan iku hak setiap orang. Aku lihat di Jakarta ini ya, orang itu bebas banget mau ngapa ngapain. Lho coba lihat, buang sampah bebas di mana mana; mau ngerokok juga terserah di mana saja; nyeberang jalan yo sekarepmu. Bebas merdeka to? Wong wong sing setiap Agustus sukanya nanya, “Apakah Indonesia sudah merdeka?” Iku wis jelas gak pernah hidup di Jakarta.


Wis tho, Indonesia, diwakili Jakarta, itu sudah sangat maju dan berbudaya. 

Selasa, 16 Desember 2014

Juice a Review

 


Stop it, I know what you’re thinking, and I was thinking the same when I first saw it at a grocery store. But, unfortunately, no,  it is not the infamous mangosteen peels, it is a mangosteen juice.  Without further thinking, I asked my wife to buy it for the sake of trying the taste of mangosteen juice. Never in my wildest imagination that somebody would put mangosteen in a blender and squeeze the juice out of it.


But then, it let me down. It tasted nowhere near how a mangosteen tastes. It was more like lychee but with a bit of bitter flavor. Actually, mangosteen does taste a bit bitter, but this just somehow failed to bring out that mangosteen-esque flavor. Is it juice me or that this really is a mangosteen peels juice? But the bottle says it is a mangosteen juice! Ah it is not always "what juicy is what you got," is it? 

*Haru, would you please stop making that pun!

Selasa, 09 Desember 2014

CCC (Childhood Celebrity Crush)

This week themes for “Arisan Blog” can be predictable for me. With “first celebrity crush” as the current theme, my friends could name several celebrities that I would write for this blog, from Im Yoona to Beby JKT48.  They are not wrong, but also, at the same time, not right. My celebrity crush could be dated back when I was still elementary school kid. As a television-addict kid, falling into a celebrity charm was my everyday risk. Luckily, at that time, there were many programs for kids and consequently there were also many kid actors and actresses. Therefore, I didn’t look up to far older celebrity as my idol, or you can say “crush,” thankfully. Most of my celebrity crushes were, more or less, at my age.

Enno Lerian

This little girl was captivating for her sweet and cute smile. Her notable songs among others were “Si Nyamuk Nakal”  and “Dakocan.” But my adoration stopped when I knew that she got pregnant. 
Teenager Enno
Mommy Enno


Erina GD

Erina Gracesita Dharmawan. There, I even remember her full name without “googling” for it. She was one of “4 MC Cilik” members. The music video of that 4 MC Cilik was usually came up in a show for kids called Tralala Trilili. I waited for it every afternoon to see her. And at Saturday afternoon, I always watched Pesta Ceria, a kid show in which Erina was one of the MCs. Once I was very pissed because I could not watch the show for my TV was broken. Hehehe. As Erina getting older and older, her stars in showbiz world dimmed. And now she is a married woman with a kid.
Here's Erina with her fellows MC Cilik, Erina is the one on the right side.
Erina is palying in one of that Sinetorn Naga Terbang 


Agnes Monica


Who doesn’t know her? This go-international girl is a big hit. Her voice, her moves, and her dedication are second to none. But I like her more when she were still a cute little girl in ponytails. 


Lil' cute Agnes
the go-international Agnes
Actually, the list I gave you just now is a bit of a mainstream. Those three could easily go into a list of idols for most of 90's kids. 

Oh, one funny thing is that when I was browsing their name for this post, I run into this link, in which it included all those three names in a quite interesting article.


Senin, 01 Desember 2014

Shit Happens…and when you are ndlomor, triple shits may happen

Jumat pagi itu, saya kudu cekat-ceket. Selain menyiapkan keperluan ke kantor, saya juga harus ngepak tas dan bungkusan untuk perjalanan nanti malam. Rencananya, nanti sore selepas jam kantor saya akan langsung naik kereta senja tujuan Semarang karena di hari Sabtu-nya saya diundang untuk hadir di pernikahan teman. Tas dan semua perlengkapan siap, dan saya pun berangkat ke kantor yang cuma berjarak sekitar 10 menit jalan kaki dari kosan. Setelah di kantor, baru sadar, ada satu bungkusan yang lupa saya bawa. ASU! sudah saya siapin semalaman, eh gak kebawa. Tapi sebenernya this is normal, karena saya memang tidak pernah lupa mengakrabi lupa. Bahkan, saya akan curiga ketika saya merasa tidak lupa melakukan atau membawa sesuatu. Ya sudahlah masih ada waktu, toh keretanya nanti sore. Nanti saya ambil bungkusannya pas jam istirahat.

Jam 12 siang, pas matahari kaya di ubun-ubun, saya pulang ke kosan, jalan kaki. Di tengah perjalanan saya sempat melihat Lucky Luke sedang menggoreng telor ceplok di atas batu. Setelah sepuluh menit terpanas itu akhirnya saya telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan …. Lho lho jadi UUD si hehehe… maksudnya saya sampai di depan pintu gerbang kosan saya. Habis mengusap peluh yang bercucuran di jidat, saya rogoh-rogoh saku celana, rogoh kanan, rogoh kiri, rogoh belakang, bahkan saya rogoh saku kemeja saya. Jidat yang habis saya usap pun berkeringat lagi. ASU!! kunci gerbang ketinggalan di tas, tas saya ada di kantor. Terpaksa sekali saya putar balik ke kantor lagi, melewati neraka jalanan Jakarta siang hari. Dan saya lihat Lucky Luke masih menggoreng telur ceploknya,kali ini untuk si Jolly Jumper, kudanya! Saking panasnya saya pun nggak sempat mikir emang kuda doyan telor ceplok.

Dengan kunci gerbang di tangan, saya gontai berjalan menuju kosan sekali lagi. Dan sekali lagi saya lewati Lucky Luke yang masih menggoreng telor, bahkan lebih banyak telor. Mungkin untuk Dalton bersaudara. Sampai di kosan, saya tidak berlama-lama, bungkusan yang tertinggal saya ambil, saya langsung balik lagi menuju kantor. Kali keempat saya lewat jalan kosan-kantor di siang ini saya tidak melihat lagi Lucky Luke sedang menggoreng telor. Tapi di tempat tadi Lucky Luke menggoreng telor sekarang ada kios kecil tulisannya “Telor Goreng Luke, 100% halal, menerima delivery, call: 081782LUKE”


Sepanjang perjalanan tadi, tidak terhitung berapa kali saya misuh. Ya sudah lah, yang penting bungkusan yang ketinggalan sudah saya ambil. Dan hari di kantor pun berjalan seperti biasa. Sampai pada jam pulang, saya langsung bergegas keluar kantor. Telpon NJ karena saya janjian berangkat bareng ke Semarang. Dan tak lupa mencegat ojek. Jam keberangkatan kereta cukup dekat dengan jam pulang kantor saya, makanya saya harus bergegas naik ojek biar nggak ketinggalan kereta dan nggak dimarahi NJ. Sukses dapet ojek, saya langsung nangkring di jok belakang “bang ikutin mobil itu!!! Eh anu, maksudnya ke stasiun Senen bang.” Di tengah abang ojeknya ngebut “waduh!!!”……… “Kenapa mas?”……. “nggak bang, nggak papa” *di dalam hati ASUUUU!!!! Bungkusan yang tadi siang ketinggalan di kantor.   

Selasa, 18 November 2014

Cerita Waktu Muda

“Mati gue” adalah kata-kata pertama yang terlontar ketika mendengar hasil dari kocokan arisan blog buat minggu ini. Betapa tidak, topik minggu ini adalah “first crush.” Sungguh sebuah topik yang sangat tidak bersahabat untuk orang yang sudah masuk golongan ganda campuran, nggak single lagi. Kalian mah enak wahai Yessika, Niwa, Iin….menceritakan nostalgia puppy love unyu-unyu dengan enteng. Saya rasa mereka ngetiknya sambil tengkurap di kasur, di depan laptop, senyum –senyum kecil, pipinya merona, dan kadang-kadang guling-gulingan sambil geli mengingat keluguan masa kecil mereka.  Lha saya….. ngetiknya penuh tekanan, kaya sedang  diawasin sama istri sambil dia menimang-nimang penggiling roti. Padahal mah keluarga kami nggak punya penggiling roti. Tapi kemudian saya denger suara dari sebelah kiri telinga saya yang membisikkan “wis tulis ae…lanang pora kowe?” saya pun mengangguk setuju, namun tiba-tiba di telinga kanan saya ada yang berbisik “iki dudu masalah lanang po ora…iki masalah sesuk kowe turu njaba opo turu njero.” Daaaan lenyaplah keberanian saya nulis tentang first crush saya.

Tapi tantangan adalah tantangan. Harus dihadapi. Oke lah, di bawah ancaman penggiling roti imajiner dan resiko tidur di luar, saya kembali menuliskan pengalaman puppy love saya.  Date back to my childhood, sebenernya di masa-masa Taman Pendidikan Al-Quran saya pernah mengidolakan salah satu guru ngaji saya. Tapi nggak sampai menjadikan dia oshi sih. Belakangan, setelah saya sudah besar, saat saya sudah tau bagaimana sepak terjang beliau, hilang lah rasa idolisasi (uopoooh iki) saya ke beliau. Maju sedikit ke masa saya kelas enam SD, saya juga pernah suka sama seorang pramuka dari SD lain yang saya temui di Perkemahan Bulan Agustus. Beberapa waktu kemudian saya mendengar kabar kalau dia “kecelakaan” dalam tanda petik….dan wuusss hilanglah rasa suka saya. Kemudian saya memasuki masa SMP. Saya masuk ke kelas 1.C dan di sanalah saya bertemu dengan seorang cewek yang di kemudian hari akan menjadi bahan ejekan oleh temen-temen kuliah saya. (Lho kok iso Ru? ---- Yo makane diwoco terus ngko tak critake, ojo crigis…). Namanya Nisa, dia berkerudung, rambutnya panjang. (lho kok iso ngerti rambute dowo? Kan jilbaban? ----- sik to…cen cah crigis og kowe!). saya tau dia berambut panjang karena saya melihat pas photo-nya dia. Singkat kata saya jatuh hati sama dia, tapi, berhubung saya dulu adalah anak cupu…ya sampai sekarang juga cupu sih… saya tidak pernah nembung dia. Padahal kami tiga tahun selalu satu kelas pas SMP. Ketika SMA pun kami satu sekolah, walaupun tidak pernah satu kelas bareng. Selama enam tahun di sekolah, sebenernya kami sama-sama tahu tentang perasaan kami masing-masing, tapi mungkin sebagai cewek dia nunggu saya untuk nembung, tapi sayanya malah leda-lede ndak karuan karena tidak punya nyali. Hubungan kami sebatas saling pinjam-meminjam kaset The Moffats saja…bahkan ngobrol saja kami awkward… Oh iya saya pernah dikasih kaset Britney Spears album yang pertama, pas dia masih lucu-lucu nggemesin gitu, inget kan? Pasti inget lah ya hehehe. Bahkan pas SMA itu saya pernah berpacaran sepihak, tapi bukan sama Nisa. Waini…. bisa jadi side story nih….ntar saya ceritain deh ya di bawah kenapa bisa sepihak.

Lulus dari SMA, kami kebetulan (?) kuliah di kota yang sama, walaupun beda Universitas. Dan saya akhirnya berani nembung, saya lupa sih kapan, bagaimana, dan di mana tepatnya. Namun, kemudian lama-lama saya merasa bosan, dan saya berniat untuk break dulu. Maksud saya sih break sebentar sampai waktu yang tidak ditentukan tapi Nisa beranggapan lain, dia mengartikan kalau saya minta putus. Saya masih ingat betul, waktu itu kami lagi dalam perjalanan mudik dari Semarang naik bus. Di dalam bus saya memberanikan diri untuk bilang “eh kayaknya kita break dulu deh” yang dijawab langsung oleh Nisa “hhmmm yaudah, tapi aku harus traktir temen kos nih.” “lho kenapa?” Tanya saya. “Karena dulu waktu kita jadian, aku gak sempet traktir, jadi mereka minta traktir kalau pas kita putus.” Di situlah saya sadar kalau saya salah ngomong, tadinya minta time out sebentar tapi diartikan putus… baiklah saya pun akhirnya menyanggupi. Jadi kami resmi putus, tapi saya kadang masih dolan ke kos dia, walaupun sudah tidak berpacaran, silaturahmi harus tetap dijaga dong… betul nggak jamaah? Eee jamaaaaaah…alhamdu?....lillaaaaah…. (apa dah Ru…). Naaahh…. Cerita kenapa saya diejek karena Nisa ini dimulai. Jadi ya, kan saya tidak bisa naik motor, sedangkan jarak kosan saya dengan Nisa jauh banget, maka kalau saya mau dolan saya mengajak teman saya, yang cukup akrab, untuk mboncengin saya. Kawan saya ini jomblo, setelah putus dari pacarnya yang satu Universitas dengan Nisa. Jadi dulu waktu ngapel pun kadang kita bareng berangkatnya hehehe. Waktu itu saya sudah mulai pedekate sama cewek yang sekarang jadi mamahnya anak saya. Pada suatu hari, kawan akrab saya tiba-tiba Tanya, “Ru kalau aku SMSan sama Nisa gapapa kan?” “Lho ya gapapa….memang kenapa?” jawab saya. Ya, ternyata mereka sudah tukeran nomer HP dan sering SMSan. Long story short, akhirnya Nisa jadian sama kawan akrab saya itu, dan inilah yang jadi sebab kenapa saya diejek sama temen-temen kuliah saya. Saking akrabnya sampai pacar aja gantian, begitu kata mereka. Begitulah, cerita tentang …uumm bukan first crush sih, tapi pacar pertama lebih tepatnya. Eh nggak juga ding, kan ada pacaran sepihak yang tadi saya janji ceritain ya hehehe.

Begini nih ceritanya, jadi dulu saya pas kelas dua SMA punya temen sekelas yang naksir berat sama saya. Sering banget dia memberikan sinyal-sinyal asmara, menunjukkan bahwa dia suka sama saya. Tapi dasarnya saya cupu, saya tidak pernah nembung dia, walaupun saya tau dia suka. Ya mungkin karena saya merasa dia tidak menimbulkan reaksi kimia. Sampai pada suatu hari saat kami kelas 3, saya main ke kelas dia, setelah ngobrol-ngobrol tiba-tiba dia bilang “eh Ru, pacaran yuk” saya langsung jawab “ayo…” karena saya kira dia cuma bercanda. Habis itu pun kami masih tetep ngobrol biasa. Hingga pada keesokan harinya, ada seorang temen yang nanya “Ru kamu jadian sama Mita?” “heh? Kata siapa?” saya balik tanya. “Tadi dia ngomong ke aku” balas temen saya. “Ah nggak….becanda” kata saya. Dan hari-hari setelah itu pun berjalan, tapi tidak terjadi sesuatu yang spesial antara kami. Hingga pada suatu hari, Mita dateng ke kelas saya, dia bilang “Ru kayanya kita putus aja, aku nggak boleh pacaran dulu sama orang tua ku.” Saya hampir saja menjawab “emang kita pacaran ya?” tapi saya urungkan, bisa dilempar pot bunga nanti. Secara diplomatis saya menjawab “yaudah kalo gitu.” Di saat itu saya baru sadar, ternyata dia serius waktu ngajakin pacaran, tapi saya malah becanda. Jahat banget ya.    




P.S. : this is weird.... sesaat setelah saya post tulisan ini, tiba tiba ada chat facebook masuk....guess what siapa yang chat? dia adalah kawan akrab saya dulu itu, yang sekarang sudah jadi suami Nisa (iya lupa saya cerita ya...Nisa dan temen saya itu sudah menikah, dikaruniai satu anak, dan Desember ini akan bertambah lagi anaknya hehehe)

Senin, 10 November 2014

Just Another Service Provided by Your Friendly Neighborhood

Merah biru pakaian yang dikenakannya
Web-shooter senjata andalannya,
Yang kekuatannya melebihi manusia biasa
Yang membuat para perusuh lari takut akan dirinya
Peter Parker, pemuda gagah perkasa
Yang mempunyai kekuatan super

Saya hafal sekali potongan lirik lagu rap ini yang, setelah saya google, katanya dinyanyikan oleh grup rap P-Squad.  Dari liriknya sudah pasti ketebak dong lagu ini adalah sound track film apa; merah biru, web-shooter, dan Peter Parker adalah hints yang lebih dari cukup untuk menebak. Yap, Spider-Man adalah tokoh fiksi superhero yang saya favoritkan. Seingat saya dulu ada serial kartun Spider-Man yang ditayangkan di RCTI sore hari. Serial itulah yang membuat saya menyenangi tokoh superhero ini.

Peter Parker adalah remaja nerdy yang akibat digigit laba-laba laboratorium jadi memiliki kekuatan dan sifat-sifat alamiah laba-laba. Pada versi kartun yang saya ingat, Peter Parker hanya diwarisi kemampuan “nempel di dinding” dan “spider sense” sementara jaring laba-laba dan pelontar jaringnya adalah hasil kreasi dari Peter yang jenius. Digambarkan kalau jaring laba-labanya direkayasa sedemikian rupa sehingga bisa kuat seperti serat baja namun akan lumer dalam hitungan jam, karena kalau tidak begitu, maka kota akan direpotkan dengan sampah bekas jaring laba-laba si wall-crawler yang suka gelantungan di gedung-gedung.  Alat pelontar jaring tersebut pun adalah hasil kreasi Peter yang kadang bisa macet di tengah-tengah aksi Spider-Man membasmi kejahatan.  Salah satu hal yang membuat saya tertarik dengan Spider-Man adalah celotehan kocak saat bertarung dengan musuh-musuhnya. Dia selalu “bercanda” bahkan saat dia melawan musuh yang sangat kuat. Itulah yang jadi ciri khas si web-face ini. Peter Parker, seorang kutu buku pendiam dan anak yang susah bergaul, seperti menemukan sisi lain dirinya yang humoris, sarkastik, dan konyol  saat berada di balik topeng jaring. Tapi bukankah sebagian besar manusia memang begitu, cenderung menampakkan “jati dirinya” ketika “bertopeng.” (halah malah ngelantur hehehe).

Tapi sebagai a self claimed Spider-Man fan, saya merasa gagal karena saya tidak mengikuti jalan cerita Spider-Man versi komiknya. Saya bukannya tanpa usaha, tapi sudah lama saya googling tentang di mana bisa didapat komik Spider-Man, yang gratis tentunya; namun sangat sulit sekali. Jadi apabila di antara pembaca blog ini ada yang mempunyai informasi atau bahkan mempunyai komik Spider-Man lengkap sudi dan berbaik hati untuk meminjamkan kepada saya? hehehe

Senin, 03 November 2014

Saddest Movie? nggak ingat tuh :(

Wah…. Tema arisan blog kali ini bener-bener “nggak gue banget.” Hehehehe. Tema untuk arisan blog minggu-ke-berapa-ini-saya-lupa adalah “the saddest movie.” Dua alasan bahwa tema minggu ini “nggak gue banget” adalah: satu, saya tidak terlalu hobi nonton film, dan dua, saya tidak suka film sedih. Beberapa film yang saya tonton biasanya adalah film tentang superhero, tentang dooms day, film adventures, film komedi,  dan genre-film-sejuta-umat komedi romantis. Itupun saya menonton tidak di bioskop, yaaa kecuali ada yang mengajak nonton bareng sih.  

Dalam hal menonton film, saya termasuk dalam golongan penonton yang saya sebut sebagai “escape viewer,” menonton film hanya untuk hiburan sahaja, tidak mau repot-repot memutar otak menebak jalan cerita. Dan saya tidak merasa terhibur dengan menonton film sedih (?). Tapi demi memenuhi tuntutan tema arisan dan demi tidak berhutang traktiran karena tidak mengirimkan post sesuai tema, (bahkan hutang yang kemarin belum juga dibayar) saya harus menggali ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Hhhmmmm….setelah lama berpikir sembari mendengar lagu jeketi fortietit, esenesde, dan main ef-em, tetap saja saya tidak menemukan ingatan tentang film tersedih yang pernah saya tonton. Tapi syukurlah, saat mendengarkan lagu “I don’t wanna miss a thing” saya jadi ingat bahwa saat saya nonton film Armageddon, ada satu scene yang membuat saya meneteskan air mata.



Mind the flag…. Itu scene pas si Bruce Willis dengan suka rela berkorban untuk, secara manual, menekan tombol bom yang akan meledakkan asteroid (dan dirinya) karena kendali jarak jauh bom tersebut rusak. Mungkin waktu itu adegannya terlalu didramatisir sehingga saya jadi ikut bersedih. Atau mungkin jiwa kebapakan saya sudah muncul waktu itu, karena Bruce Willis rela berkorban untuk menyelamatkan pacar anak perempuannya yang juga berada di dalam pesawat bersama dia.

Kalau adegan sedih yang saya tonton baru-baru ini sih mungkin adegan saat Cik Gu Jasmin berpamitan pada Upin, Ipin, Mei-Mei, Mail, Fizi, Jarjit, Ehsan, dan kawan-kawan di hari terakhirnya mengajar di Tadika Mesra karena dia akan melanjutkan kuliah di Kuala Lumpur. Oh iya, dan saat Opa sakit, adegan itu dibuat dengan sangat sedih sampai saya khawatir kalau umur Opa sudah tidak lama lagi, dan akan meninggalkan Upin, Ipin, serta Kak Ros sedirian. Mereka bertiga adalah yatim-piatu, kalau ditinggal Opa, tak terbayangkan apa yang akan terjadi pada mereka.

Senin, 27 Oktober 2014

Reuni: Demi Masa Lalu atau Masa Kini?

Kita, yang menyebut diri sebagai makhluk sosial, paling tidak sekali dalam setahun akan menerima selembar undangan reuni. Entah reuni SD, SMP, SMA, atau kuliah. Undangan reuni biasanya akan berdatangan pada bulan ramadhan, karena waktu favorit untuk reuni adalah pasca lebaran. Disamping karena lebaran adalah libur nasional, silaturahmi terasa afdol dilakukan di suasana lebaran. Bukankah reuni itu adalah juga silaturahmi?

Reuni, bagi sebagian orang adalah mangkok untuk menampung rindu yang sudah luber. Tapi bagi sebagian orang lainnya, reuni sedikit banyak seperti ajang perlombaan. Bagi saya, pertanyaan 'apa kabar' adalah pertanyaan paling bagus di dalam sebuah reuni. Pertanyaan ikutan setelah itu berpotensi membuat beberapa orang merasa menciut di tengah raksasa. Bayangkan perasaan seorang pengangguran, yang menggenapkan keberanian untuk datang untuk bertemu teman-temannya yang sudah sukses, ketika dia ditanya 'kerja di mana?' Pun ketika seorang jomblo ditanya 'sudah nikah?' atau bahkan lebih jleb lagi 'anak udah berapa?' 

Bagi saya, reuni adalah perihal kenangan; tentang dahulu bukan sekarang. Reuni adalah mesin waktu yang melempar kita ke saat di mana hidup terasa lebih sederhana. Bukan ajang menunjukkan kita telah sampai di mana, tapi mengingat bahwa kita pernah di sana. 

Reunion is not about what we are, it's about what we were instead.

NB: Kalau reuni, jangan ajak pasangan ya....siapa tau ketemu mantan lho, kan lumayan bisa bernostalgila hehehehe :)) ya kecuali pasangan kamu juga satu angkatan, dan kamu gak punya mantan...iya...kaya saya ...... eeerrrr 

Selasa, 14 Oktober 2014

Fiksi dalam Fiksi

“Earl Grey Tea memang tak pernah salah” gumamku seraya meneguk secangkir teh wangi yang masih meruap. Sore itu adalah kali kedua saya menikmati afternoon tea di Residenza Paolo VI, Roma. Hotel yang ada di 29 Paolo VI Street itu berlokasi sangat strategis; hanya seperlemparan batu dari Basilika Santo Petrus dan menghadap langsung ke arah Piazza Santo Petrus. Malam ini adalah malam yang cukup spesial; Basilika Santo Petrus akan menjadi perhatian jutaan umat Kristiani di dunia. Di sana akan berkumpul Kardinal dari seluruh penjuru dunia untuk menetapkan siapakah yang akan menjadi pemimpin umat Kristiani yang baru setelah Paus sebelumnya meninggal dunia karena sakit. Tapi menurut isu yang berkembang, meninggalnya Paus terlalu misterius, bahkan banyak conspiracy theorists yang berpendapat bahwa Paus bukan meninggal karena sakit, tapi karena dibunuh. Ah, begitulah teori konspirasi, selalu berada tidak jauh dari kontroversi.

Malam pun merayap, seiring rombongan orang-orang yang mulai membanjiri Piazza Santo Petrus. Beberapa van bergambar logo-logo stasiun tv ternama dunia pun terlihat berseliweran. Ya, malam ini bukan hanya orang Roma & Vatikan, namun juga jutaan pemirsa di seluruh dunia akan memusatkan perhatiannya ke Basilika Santo Petrus. Pukul 22.13, saya bersama dua teman saya berada di tengah-tengah hiruk-pikuknya Piazza Santo Petrus. Nyala lilin, juga cahaya dari telepon genggam, yang dibawa para umat Kristiani berkelap kelip, menari bersama senandung doa yang mereka lantunkan. Walau saya bukan umat Kristiani, namun pengalaman ini sungguh menggugah. Kami seperti tenggelam dalam pusaran doa-doa dan puji-pujian yang khusyuk dilantunkan. “eh menurut yang gue baca di internet, kabarnya ada empat Kardinal yang ilang lho….diculik oleh orang dari sebuah persaudaraan kuno katanya!” bisik Dito. Teman saya yang satu ini memang yang paling getol dengan segala yang berbau teori konspirasi. “Ah lu Dit, jangan sembarangan ah…apa-apa yang lu baca langsung lu percaya…… jangan-jangan lu juga percaya kalo lu baca twitternya Farhat Abbis, si pengacara itu..” timpal saya. “Enak aja…. Gue juga pilih-pilih kali mau percaya sama siapa…..,” Dito menyanggah. “Nah yang paling mengejutkan ya….empat Kardinal yang diculik itu adalah Preferiti!... lu tau gak Preferiti itu apaan?.... Preferiti itu orang-orang yang terpilih menjadi kandidat kuat Paus….” Dito masih dengan sangat antusias melanjutkan ceritanya, sedangkan saya pura-pura mendengarkan. Sementara, Dru sibuk merekam dengan telepon genggamnya, “ini momen yang belum tentu kita temui lagi seumur hidup,” ujarnya.

Jam saya menunjuk pukul 23.56, mata saya terasa lelah, “balik yuk…gue udah ngan….,” belum selesai kalimat saya, tiba-tiba terjadi keriuhan di bagian depan Piazza Santo Petrus. Semua kamera kemudian menyorot kearah gerbang Basilika. Dari dalam Basilika, keluar seseorang, setengah telanjang, dengan dada dibalut perban, kelihatan bergegas membawa sesuatu di tangannya. “ill Camerlengo!” teriak orang-orang di kerumunan. Dari tempat saya berdiri, saya hanya bisa melihat dengan jelas kejadian yang ada di depan Basilika melalui layar besar yang dipasang oleh sebuah stasiun televisi lokal untuk menyiarkan secara langsung tradisi pemilihan Paus. Orang yang disebut Camerlengo itu tampak terburu-buru berlari menuju ke sebuah helikopter yang diparkir di depan Basilika. Beberapa menit kemudian terlihat helikopter tersebut terbang, tinggi, dan semakin tinggi menembus gelapnya langit Vatikan malam itu. Helikopter terbang semakin tinggi hingga menyisakan titik hitam kecil di langit, namun, tanpa dinyana, titik hitam tersebut berubah menjadi putih, yang kemudian membesar….. semakin membesar…. Melontarkan cahaya membutakan kesegala arah. Untuk sesaat Vatikan menjadi terang seperti siang hari. Sejurus kemudian, suara gemuruh hebat terdengar, disusul dengan gelombang udara yang seperti menghempaskan diri dengan keras ke bumi, menggetarkan seluruh atap hingga lantai bangunan di sekeliling Basilika Santo Petrus. Suara itu sangat keras seperti 1.000 petasan tahun baru yang dinyalakan bersamaan. Kemudian, suasana berubah sepi, mencekam, semua orang tercekat tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Helikopter yang membawa sang Camerlengo meledak di udara. Kemudian terdengar isak tangis yang lama-lama semakin keras. Semua orang bingung, tak tahu apa yang terjadi, namun mereka semua tahu bahwa ada tragedi menakutkan yang sedang terjadi. Namun, kejutan tidak berhenti di situ saja. Tiba-tiba terlihat seseorang menunjuk ke arah atap Basilika Santo Petrus. Tanpa dikomando, semua kepala serentak mendongak ke arah atap Basilika. Diantara patung-patung malaikat di atap Basilika Santo Petrus, di samping patung Yesus, berdiri tegak seorang lelaki dengan perban di dadanya, ya dia sang Camerlengo. Tiba-tiba saya merasakan dorongan yang sangat kuat dari belakang saya. Orang-orang merangsek ingin berada lebih ke depan untuk melihat kejadian yang sedang terjadi. Saya terhuyung, jatuh terjerembab. Kemudian kepala saya terasa berat, dan semua terlihat gelap….semakin gelap.


“Mas…mas bangun mas, sudah sampai di Terminal Mangkang mas…” Terasa ada yang menggoyang-goyangkan kaki saya. Dengan malas saya membuka mata yang masih terasa ngantuk. “Jam berapa ini…” gumam saya sambil mengambil telepon genggam di saku celana saya. “hhmmmm sudah jam 4 pagi…ketiduran nih gue” Segera saya beranjak berdiri dan meraih tas punggung saya di kompartemen atas tempat duduk. Gontai saya berjalan menuruni tangga bus malam yang baru saya naiki. Belum juga kaki saya menapak ke tanah, sebuah suara mengagetkan saya. “Mas…ini ketinggalan!” kata seorang kondektur sambil mengulurkan sebuah buku bertuliskan “Angels & Demons.”   


  

Senin, 06 Oktober 2014

Thrown Away Baby

“Sayang, baju seragam sepakbola aku pas SMA di mana ya?”
“Oh..itu…. dibuang, sayang….”
“kok nggak bilang aku sih….:(“
“halah, baju udah buluk gitu, udah bagus nggak aku bikin serbet…”
“tapi kan…it….”
“bawel deh….itu jemuran diangkat dulu, udah mendung!”
“i…i…iya sayang”

Sumpah, percakapan di atas bukan percakapan saya dan istri saya. Kejadian itu hanya fiktif belaka, apabila ada suami yang merasa mengalami kejadian serupa…Mas, I feel you….no not that “feel”…..I mean….ah yo wis L

 Seringkali, “dibuang sayang” bukanlah masalah bahwa barang itu masih berguna dan patut dipertahankan. Tapi, “dibuang sayang” adalah masalah kenangan.  Nggak peduli sebutut apa penampakannya, benda yang memiliki kenangan selalu punya tempat di hati, tapi belum tentu punya tempat di “dunia nyata.” Saya adalah salah satu manusia yang masih berkubang kenangan. Lihat saja, klub sepakbola kesukaan saya: Liverpool, kesukaan saya lagu jadul (hey it rhymes….).  Jarang sekali saya menyumbangkan pakaian “pantas pakai” saya, karena saya selalu berpikir bahwa pakaian itu punya nilai kenangan, entah karena itu dibeliin oleh seseorang, atau dibeli memakai uang yang sengaja saya sisihkan. Atau mungkin saya cuma pelit? Entah.  

Dulu sempat saya punya dompet yang cukup tebal, bukan karena banyak uang tapi saya isi dompet saya dengan kartu bonus dari kaset The Moffats….band remaja yang hits waktu itu. Tak peduli berapa kali dompet saya ganti, kartu-kartu itu tetap setia menghuni kompartemen dompet saya; terlalu sayang untuk dibuang. Kartu itu menemani saya hingga saya kuliah; bayangkan: anak kuliahan, laki-laki, yang di dalam dompetnya ada kartu bergambar foto-foto remaja laki-laki….. Tapi kebersamaan kami terhenti semenjak tas saya hilang. Kebetulan dompet saya ada di dalam tas itu, dan kebetulan, eh nggak kebetulan sih, kartu The Moffats itu ada di dalam dompet. 

Hilang dan rusak adalah keadaan yang memaksa saya, mau tidak mau, merelakan barang “dibuang sayang,” tapi dalam beberapa hal, saya ikhlas. Seperti contohnya, beberapa waktu lalu, saya harus melakukan yang setiap ayah harus lakukan: mengikhlaskan barang-barangnya “dirusak” oleh anaknya. Saya belajar ikhlas saat saya menemukan bahwa lightstick official yang saya beli untuk konser SNSD dulu sudah patah jadi dua….oleh Yuna, dan saya juga belajar ikhlas saat sepulang saya kerja, istri saya memberitahu bahwa kalender senbatsu official JKT48 saya sobek….juga karena ulah Yuna, sobeknya pun pas di gambar oshi saya…Beby L.



Basically, semua barang yang saya punya itu masuk kategori “dibuang sayang,” walaupun pada akhirnya ada beberapa barang yang terbuang, rusak, atau dipakai orang.  Kalau memang masih sayang, kenapa dibuang?


*thrown away baby (compound noun) dalam bahasa enggres artinya "dibuang sayang" (percaya aja deh!)

Minggu, 28 September 2014

Saya Adalah Seorang Pramuka Selama Sekolah


Semenjak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Pramuka adalah satu-satunya kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) yang selalu saya ikuti. Tapi bukan karena saya adalah siswa yang sangat teguh menjalankan sepuluh dharma Pramuka (tacipaparerahedibersu; saya sangat hapal singkatan ini, kalau kepanjangannya sih lain cerita), melainkan karena di beberapa sekolah, Pramuka adalah salah satu ekskul wajib. Sebenernya waktu SMA sih ada dua pilihan: Pramuka & PMR; saya pilih Pramuka karena itu adalah ekskul yang paling banyak peminatnya. Dengan banyak peminat, otomatis saya bakal banyak temen (buat berangkat ekskul). You know lah, ekskul kan kegiatan di luar kurikulum, pasti mengambil waktu di sore atau di hari libur, jadi kalau banyak temen buat berangkat ekskul kan lebih enak. Iyo iyo, aku ki cah mainstream.

SD adalah waktu di mana Pramuka itu wajib buat beberapa siswa kelas 5 dan 6 yang terpilih. Saya adalah langganan dipilih, ya gimana lagi I was the head of class, one of the brightest students, and the cutest according to my family hehehe. Ada setidaknya dua hal yang bisa saya ingat kalau bicara tentang Pramuka, hal pertama sangat memalukan buat saya jadi nggak usah saya ceritakan hehehe, jadi saya akan cerita hal yang satunya lagi.


Setiap bulan Agustus, untuk memperingati hari Pramuka, ada kegiatan kemah tiga hari yang diikuti semua Sekolah seantero Kecamatan, tak terkecuali sekolah saya. Kalau kemah, pasti banyak kegiatan yang diikuti, kaya hiking, lomba pentas seni, lomba semaphore, dan lain-lain. Salah satu kegiatan yang diadakan waktu itu adalah lomba mengumpulkan tanda tangan. Di kemah itu kan ngumpul semua anak sekolah se-Kecamatan, jadi mungkin panitia berinisiatif mengadakan lomba mengumpulkan tanda tangan biar terjadi interaksi antar peserta sehingga mempererat persatuan dan kesatuan demi menciptakan hubungan baik yang kuat dan berkelanjutan (ini kebanyakan baca siaran pers….). Saya sebagai seorang Pramuka yang menyandang predikat role model yang baik untuk temen temen saya pun mau tak mau ikut dalam lomba ini, walaupun, naturally, saya seorang pemalu dan nggak gampang akrab sama orang. Selama 3 hari saya mencoba mengumpulkan banyak nama dan tanda tangan peserta, tapi ya karena saya pemalu, saya  Cuma berhasil mengumpulkan sedikit. Temen satu regu pun begitu, mereka berkeliling ke tenda-tenda untuk memburu tandatangan, tapi ada seorang yang kerjanya hanya bermain dan tidur tiduran di tenda. Sementara yang lain sibuk mengisi buku catatannya dengan nama dan tanda tangan peserta kemah, dia kelihatan malas dan acuh. Mungkin memang dia malas ikut lomba, pikir saya. Pada hari terakhir kemah, diumumkan pemenang dari berbagai lomba yang diadakan panitia, salah satunya lomba mengumpulkan tanda tangan itu. Saya kaget bukan kepalang saat mendengar nama temen saya diumumkan sebagai pemenang lomba mengumpulkan tanda tangan. Iya, temen saya yang males itu. Dia sambil cengar-cengir penuh rasa kemenangan maju ke podium untuk menerima hadiah. Senyumnya kaya bilang “makan tuh kalian yang rajin, nih gue yang males-malesan yang juara.” Saya heran kenapa dia yang menang, saya nggak pingin menang sih, tapi saya tau pasti kalau dia cuman tidur-tiduran di tenda, mana bisa dia menang. Apakah dia punya teknik perkenalan tertentu?  teknik multi level marketing atau sejenisnya mungkin? Apakah dia diam-diam kalau malam bergerilya tenda demi tenda? Ataukah dia punya database peserta yang sangat lengkap? Saya tak habis pikir. Namun, usut punya usut, rahasianya sederhana; dia ternyata nggak “cuma tidur-tiduran di tenda,” sembari malas malasan, dia memalsukan nama orang dan memalsukan tanda tangannya. Hhhmmm nggak memalsukan juga sih, technically dia ngarang nama banyak orang dan tanda tangannya. How slithery is that for an elementary school kid. Saya aja nggak kepikiran sampai ke situ. Tapi apa ya segampang itu kakak kakak Pembina pramuka itu percaya? Bukannya bisa kelihatan dari tulisannya ya, atau variasi tanda tangannya? Nggak tau lah saya.    

Jumat, 19 September 2014

Hehehe (bingung kasih judul)

I

Sabtu Malam, 19.34

Di ujung sofa merah, seorang gadis belasan tahun terlihat sibuk mematutkan letak buku di meja dan secangkir teh hangat agar terlihat bagus dan artistik. Sejurus kemudian, ckrek…ckrek… suara shutter dari ponsel pintarnya terdengar. “yap…bagus nih,” gumamnya setelah menyeka layar ponselnya untuk memilih hasil jepretan dari sebuah buku dan secangkir teh hangat yang dia tata tadi. Tak berapa lama, hasil foto pilihannya telah terpampang di berbagai jejaring sosial yang dia miliki; facebook, instagram, twitter, dan yang lagi hits: path. “a good book and warm tea: my perfect Saturday night date” begitu bunyi caption untuk foto tersebut.   Beberapa waktu setelahnya, bisa ditebak apa yang dilakukan gadis itu….. bukan….bukan membaca buku sambil menikmati hangatnya jerangan daun teh. Iya betul, waktu dia kemudian dihabiskan untuk membalas komen untuk fotonya di semua jejaring sosial miliknya.

II

Minggu petang, 15.37

Seorang lelaki sedang duduk menikmati 15 menitnya di atas sofa pijat di sebuah pusat perbelanjaan. Sebuah cara yang cukup murah untuk sekedar mengusir penat. Hanya dengan 5 ribu rupiah saja, punggung anda bisa dipijat secara otomatis selama 15 menit. Lelaki itu sedang menikmati 15 menit keduanya sambil tersenyum senyum memandangi layar ponsel pintar. Jemarinya lincah berseluncur di layar 4 inchi yang menampilkan semua aplikasi jejaring sosial. Namun mukanya mendadak terlihat kaget, lalu dia terlihat menggenggam tangan seorang wanita yang juga sedang duduk di kursi pijat, di sebelahnya. Rupanya pacarnya pun juga sedang dipijat secara otomatis di sana. Terlihat lelaki itu seperti merayu dan memohon. Di sebelahnya, sang pacar terlihat menekuk mukanya, bibirnya agak monyong, dan matanya terpaku ke ponsel pintarnya, nggak mau berpandangan dengan pacarnya yang ada di sebelahnya. Usut punya usut, ternyata sang wanita marah karena merasa dicuekin, lagi ngedate kok malah pasangannya lebih sering menatap layar ponselnya daripada menatap dia. Sang lelaki menyadarinya setelah dia melihat status bbm yang diposting oleh pacarnya itu.
Hmmmmm ngedate kok di kursi pijat. Heheh


Ya, mereka semua meminta PERHATIAN. That’s the thing  we all can’t live without. Admit it.

XoXo,

Haru

Selasa, 16 September 2014

Arisan Blogging Edisi 2

Mulai hari ini, saya resmi ikutan kegiatannya temen-temen kantor, arisan blogging. Setiap seminggu sekali, dikocoklah arisan yang berisi tema artikel pilihan dari masing-masing anggota. Setelah tema “horror” di minggu pertama, tema minggu ke dua adalah “beby.” Saya girang bukan kepalang, saya merasa tema ini memang khusus ditujukan untuk saya. Iya, karena saya seorang bebyoshi. Jadi Beby Chaesara Anadila adalah seorang anggota idol grup terkemuka yang lahir di…. (Ru plis stop….cuman Niwa yang ngerti, ntar digaplokin temen-temen arisan lho). Ternyata temanya “baby” bukan “beby” ….. huuuuu penonton kecewa. >.<
paragraf di atas cuman alesan biar bisa pasang foto dek beby :3


Bayi, akan mengubah hidup orang yang dikaruniainya. Saya ingat percakapan saya dengan seorang temen.

Di dalam lift
Saya: “eh, lagi sibuk apa?”
Teman Saya: “biasa Ru, sibuk cari duit”
Saya” “ooh..”

Jawaban temen saya bener-bener unexpected. Bahkan pertanyaan saya pun sebenernya hanya sebuah ice breaker, I didn’t really mean to find out what he was up to. I was like, are you the same guy I know? Or maybe I didn’t know you that good all along.
Ternyata, memang ada yang berubah. Temen saya itu baru “punya” bayi, yang kedua. Dengan dua tambahan jiwa yang harus dia tanggung, dia juga (mau tidak mau) harus berubah (?). Sementara itu, saya, yang juga punya bayi, ditanya oleh temen “Ru, apa perubahan yang kamu rasakan setelah jadi ayah?” dan saya nggak bisa jawab. Hehehe.
Tapi, jujur, setelah menjadi ayah, saya jadi lebih peka sama segala sesuatu tentang bayi. Dulu, saya selalu bingung kalau habis liat bayi (yang baru lahir) terus ditanya, ganteng/cantik gak bayinya. Serius, buat saya waktu itu, muka bayi semua sama, kaya gitu-gitu aja. Tapi, setelah punya bayi….kayanya mata saya dibuka, bayi jadi kelihatan beda-beda, tapi tetep, yang paling cakep ya anak sendiri hehehehe. Seperti kata filsuf Yunani, “bebek ya silem, duweke dewek ya dialem.”  Kedua, setiap baca berita (yang jelek) tentang anak kecil, langsung tersentuh, pengen mewek (halah itu mah emang cengeng kayanya). Ketiga, sungguh tersiksa ketika lihat anak sakit, sampe sampe pengen mindahin sakitnya ke badan saya. Dulu, mana terpikir saya masalah seperti itu.

Tapi, misalnya saya ditanya lagi “apa artinya jadi ayah,” insya Allah sekarang saya juga masih nggak bisa jawab. Hehehehe. Kenapa ya, it’s far beyond my imagination. It feels bigger than all my blessings I could count






Gerradishti Yuna Pragyapramatya
   

Senin, 15 September 2014

Kos Kosan

Saya ini anggun kalo kata temen-temen saya. Bukan, bukan anggun yang eksotis dan jadi juri kontes nyanyi. Anggun = Anak (ng)Gunung. Iya, rumah saya di kaki gunung, dan as a consequence, demi melanjutkan mimpi, sebagian besar hidup saya dihabiskan bukan di tempat lahir saya (di kaki gunung). Semenjak saya menginjak bangku SMA (dih nggak sopan ya, berdiri di bangku) saya harus tinggal di rumah induk semang alias kos kosan. Kehidupan kos kosan berlanjut hingga saya kuliah dan bekerja di kota besar. Dan demi menjawab tantangan arisan blogging, yang baru saja saya dikonfirmasi menjadi bagiannya, saya harus menulis artikel dengan tema “horor.” Kebetulan ada kejadian horor yang menyambangi saya di kos kosan. Begini ceritanya (ah jadi inget acara hantu-hantuan itu…Kismis…Kisah Misteri).

Kos kosan saya adalah sebuah ruko (rumah toko) berlantai tiga yang berada di Jakarta Pusat. Ini kos kosan kedua saya selama di Jakarta. Saat saya pindah ke kos kosan ini, penghuninya hanya ada beberapa, mungkin kos kosan ini baru dibuka. Kamar saya ada di ujung koridor di lantai dua, saling berhadapan dengan kamar temen kuliah saya dulu yang kebetulan juga bekerja di tempat yang sama dengan saya. Sebetulnya saya sudah mendengar beberapa cerita seram mengenai kos kosan ini dari beberapa penghuninya, namun (waktu itu) saya belum dikaruniai kesempatan untuk mengalaminya langsung. Hingga pada suatu malam (ini pas banget kalo diisi sama sound effect ala horor….jenggg jeeenggg!!!) saya sedang bermain PlayStation sendirian di dalam kamar, waktu itu sekitar pukul 02.00 pagi. Di tengah asyiknya saya memainkan batang kenikmatan (joy stick), samar-samar saya mendengar suara langkah kaki di koridor depan kamar saya. Bukan langkah kaki juga sih, lebih seperti kaki yang diseret …. Sreeek…sreeek..sreek..gitu. Ah mungkin temen saya (yang kamarnya di depan kamar saya) habis dari toilet, pikir saya. Suara seretan kaki itu berhenti di depan kamar saya, ya karena kamar saya berada mentok di ujung koridor. Saya tunggu beberapa lama untuk mendengar suara orang membuka pintu, soalnya saya masih berpikir itu suara langkah kaki temen saya. Namun, nggak ada suara apapun. Dan kemudian….. tengkuk saya terasa tebal, bulu kuduk saya meremang. Ini pertama kalinya saya merasakan sensasi bulu kuduk meremang, eh nggak ding kalo pas pipis juga kadang bulu kuduk juga meremang ya…etapi beda sih sensasinya (apa dah). Kalo kata orang sih, salah satu tanda kehadiran mahluk halus adalah bulu kuduk meremang.  Tapi saya nggak tau waktu itu beneran ada mahluk halus apa yang nyamperin ke kamar saya, soalnya saya langsung ketakutan dan membesarkan volume televisi kemudian melanjutkan main PlayStation sampai pagi hehehe.

Esoknya, saya tanya temen saya yang kamarnya berhadapan dengan kamar saya, ternyata dia juga mendengar suara srek srek itu. Hiiiyyyy. Sejauh ini, that was the closest thing to me to that makhluk halus thingy. Nggak serem ya? 

Sebenernya cerita horror di kos kosan itu masih banyak sih, tapi bukan saya yang mengalami. Beberapa temen kos kosan ada yang pernah “dikasih lihat” nenek-nenek gendong anak, padahal nggak ada nenek-nenek yang ngekos di situ. Bahkan ada yang ngaku kalau pintu kamarnya pernah diketok tengah malam, pas dibuka…jreeenggg…ada pocong di depan pintu. Sebenernya saya agak nggak percaya sama cerita itu, lha gimana si pocong mau ngetok pintu kalo kostumnya gitu, tangannya kan diiket ya hehehe. Tapi saya betah sih di kosan itu, walaupun ada hantunya, tapi ada juga nilai plusnya. Di situ, salah satu anggota girlband cherrybelle pernah ngekos, mayan pemandangan hehehe.  

Minggu, 24 Agustus 2014

Sebwah Usaha Saya Memberikan Informesyen Agar Supaya Terlihat Serius dan Berguna

“pernah ke DWP gak lo?”
“pernah dong, goks banget dah. Lo harus banget dateng deh pokoknya!”

Pernah denger percakapan seperti, atau mirip mirip, di atas? Nggak? – sama! Hehehehe. Saya pun tau apa itu DWP setelah berkonsultasi dengan mbah gugel. Oke , poin saya bukan di DWP sih sebenernya, tapi di kata “goks.” Tau nggak artinya “goks?” – nanya mulu kaya agen NCIS! Hehehe. “Goks” itu adalah kata lain dari “gokil,” nggak tau “gokil” juga? Emang sih kata ini nggak ada di KBBI. Oke, menurut Agata (Anak Gaul Jakarta) “gokil” itu kira-kira artinya adalah sesuatu yang gila, luar biasa, di luar batas, tapi in a positive sense. Dan, saya pun sebenernya gak mau ngomongin kata “gokil” sih – Lha terus ngopo dijelaske mau eh? Hehehehehe.

Jadi sebenernya saya itu tertarik sama fenomena (((FENOMENA))) kok bisa “gokil” berubah menjadi “goks?” Dan ternyata ada juga kata-kata lain yang mengalami perubahan macam si gokil ini. Contohnya? Oke -> oks, sebatang -> sebats. Saya jadi tertarik, ini fenomena linguistik apa yang terjadi di sini? Eh setelah konsul dim bah gugel, seperti biasa, ternyata ada lho…. Namanya apocope – Ru, Haru, semuamuanya kok kamu cari di gugel, pas dulu kuliah sastra kamu ngapain aja eh?. Hehehehe.

Apocope itu adalah fenomena linguistik di mana suatu kata dihilangkan salah satu hurufnya (vowel), atau suku katanya. Oh iya, huruf atau suku kata yang hilang itu adalah yang berada di akhir kata itu. Jadi apa sebab terjadinya apocope? Saya juga gak ngerti. Mungkin kalau dalam kasus “goks” atau “oks” tujuannya ya biar terdengar atau terlihat keren dan mutakhir? Mungkin. Mutakhir karena ya kata-katanya jadi lebih ringkas dan sederhana, dan yang mutakhir itu biasanya membuat semuanya jadi lebih sederhana dan ringkas bukan? Bukan ya? Ya udah si. L  eh bentar-bentar, ada yang menarik. Di paragraf ini saya juga menggunakan fenomena kebalikan dari apocope, yaitu aphaeresis. Kalau apocope yang hilang itu huruf/suku kata terakhir, di aphaeresis yang hilang adalah huruf/suku kata awal. Coba tunjukin contohnya! “ya” asalnya dari “iya,” “gak” asalnya dari “nggak,” “ngerti” asalnya dari “mengerti,” dan “bentar” yang tadinya “sebentar.”

Tapi tenang aja – dude, I just used another aphaeresis there, nggak tau apa itu apocope atau aphaeresis nggak bikin hidupmu susah kok.  Pas wawancara kerja nggak ada yang nanya kalian tau apocope atau aphaeresis atau nggak apalagi di akherat, nggak ditanya macam itu lah. hehehehe. Lha terus kenapa saya bikin post ini? Ya biar kesannya berguna dan memberikan informasi gitu deh. Mmmm nggak berguna juga ya? ywdc.... :(

Rabu, 02 Juli 2014

Iseng menerjemahkan "Meeting at Night" Robert Browning

Puisi Meeting at Night karya Robert Browning adalah salah satu dari beberapa puisi favorit saya. Puisi ini selalu mengingatkan saya pada dosen saya dahulu di kampus, Pak Abu. Beliau waktu itu ngajar mata kuliah Poetry kalo nggak salah, dan puisi  Meeting at Night ini yang diceritakan Beliau, yang kemudian dihubung-hubungkan ke cerita waktu dia ngapel ke rumah pacarnya, yang sekarang jadi istrinya, naik motor pagi pagi buta.

Berhubung saya lagi ingin bernostalgia dengan segala berbau sastra, saya coba iseng untuk nerjemahin puisi Meeting at Night ini. 

Ini terjemahan saya:


Pertemuan Malam
Oleh: Robert Browning

I
Laut kelabu dan pulau yang pekat;
Dan kuning bulan separuh, besar dan rendah;
Dan ombak kecil yang terkesiap
bergulung terjaga  dari lelap
Perahu sampai di teluk darat,
Semakin pelan dihambat pasir basah.

II
Terbentang satu mil pantai beraroma hangat samudera;
Tiga petak ladang hingga sampai ke sebuah perternakan;
Sebuah ketukan di jendela, dan geretan setelahnya
Dan percik dari korek api, membiru nyala,
Dan sebuah suara yang tak lebih keras, dalam kesukaan dan ketakutan
daripada debar jantung kita berdua!


Ini puisi aslinya:

Meeting at Night
By: Robert Browning

I
The grey sea and the long black land;
And the yellow half-moon large and low;
and the startled little waves that leap
In fiery ringlets from their sleep,
As I gain the cove with pushing prow,
And quench its speed i' the slushy sand.

II
Then a mile of warm sea-scented beach;
Three fields to cross till a farm appears;
A tap at the pane, the quick sharp scratch 
And blue spurt of a lighted match,
And a voice less loud, thro' its joys and fears,
Than the two hearts beating each to each!


Terjemahan saya terjemahan bebas, jadi pasti banyak yang nggak pas hehehe. Feel free to comment. :))


Thanks,
Haru



Kamis, 13 Februari 2014

13 Februari, besok Valentine Day

Berhubung ini tanggal 13 Februari, dan besok itu hari valentine, di sini saya tidak akan nulis tentang itu (uopoooo maksuteeee).


Sudah lama banget rasanya nggak nulis di blog ini. Seingat saya di awal tahun 2012 saya janji bakal sering nulis. Yah, memang lidah tak bertulang, janji tinggal janji, tahun 2013 saya cuman nulis tiga posts, nggak kurang. Eh tapi saya juga nulis janjinya gak pake lidah sih. 

Kalau boleh saya highlight (ya emang siapa yang nggak ngebolehin sih...) ada beberapa kejadian menarik di 2013.

1. Konser JKT48

Ah tentang konser ini saya pernah nulis deh. cekidot di post sebelum ini gans. :P

2. You'll Never Walk Alone

20 Juli 2013, hari bersejarah buat para fans klub sepakbola Liverpool FC. Klub yang berasal dari kotanya The Beatles ini dijadwalkan melakukan pertandingan persahabatan di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta melawan Tim Nasional Indonesia. Saya, dari awal tahun, sudah mempersiapkan mental dan material buat nonton pertandingan itu. Yah, sebagai supporter LFC (walaupun karbitan.....mangga kali dikarbit) saya juga punya hak menonton  dong. Jadi bebarapa bulan sebelum hari H saya sudah memegang tiket untuk menonton LFC, tapi saya nggak ngajak istri, soalnya dia sedang mengandung dan kayaknya istri bakalan nggak suka, bukan karena dia nggak suka sepakbola atau LFC, tapi dia nggak suka asap rokok. Saya membayangkan bakalan banyak asap rokok nanti, tapi ternyata enggak juga sih, yang ada cuman asap dari flare dan kembang api.

Baju LFC merah sudah siap, tiket di tangan, saya pun berangkat ke GBK bareng adik sepupu dan temen sesama supporter LFC. Pertandingannya sih, kalau boleh dibilang, agak membosankan. Liverpool "cuma" menang 2 - 0 atas Indonesia XI berkat sumbangan gol Coutinho (dia waktu masih di Inter Milan juga ngegolin ke gawang Indonesia), dan Raheem Sterling. Yang bikin saya takjub justru antusiasme dari supporter LFC yang datang ke GBK. Tidak terhitung berapa flare yang dibakar, spanduk, bendera yang dikibarkan, chants yang dinyanyikan sepanjang pertandingan (saya sih mangap mangap aja kaya orang bego, maklum karbitan nggak hapal chants). Sampai-sampai supporter LFC dari luar negeri pun memuji. Yah, walaupun ada yang nyinyir, kok dukungnya tim luar negeri, nggak dukung tim Indonesia. Iya ya, kenapa? ya udah mari kita tanya pada Inul yang bergoyang (uoopooo meneeeh). Overall, saya lebih menikmati atmosfir pertandingannya daripada pertandingan itu sendiri, seru, kaya di Anfield (emang pernah ke sana Ru? // eermmm ya katanya sih) dan bisa lihat langsung pemain yang biasanya cuman lihat di tivi (komentar standar hehehe).

Ini Pasti Lagi Nyanyi "Kowe Ora Bakal Mlaku Dhewekan"

Om Gerrard kuciwa bolanya direbut...bukan, bukan bola yang pake tanda petik
JFT96


Ini foto ucapan terimakasih dari LFC 


  





















































3. SoNyeo ShiDae Tour

Saya ingat, pertamakali saya tau bakal ada konser SoShi di Jakarta itu pas di eskalator Atrium Senen, lagi jalan-jalan sama istri. Kaget, seneng, takut (....gak diijinin istri heuheuheu). Yah bener kan dugaan saya, istri tidak merestui, tapi apa mau dikata, sebagai Sone saya nggak mau menyerah membela panji-panji pink SoNyeo ShiDae (hadeeeeh). Sempet perang dingin, sampe saya pergi main futsal pun sambil tetep dongkol. Istri nggak setuju kalau saya ngabisin duit segitu buat nonton SoShi, tapi saya keukeuh, soalnya bisa jadi itu satu-satunya konser tunggal SoShi di Jakarta, dan saya tidak mau melewatkannya. Dan setelah perdebatan panjang dan lebar, istri saya mau mengalah, saya pun malah minjem kartu kreditnya buat beli tiket (tegel kowe mas...tegel.....). Terimakasih banyak yah Yeobo hehehehe. 

Sabtu pagi, 14 September 2013, saya masih main futsal, kebetulan ada turnamen futsal kantor. Untung deh tim saya kalah dan nggak masuk putaran final, kalau enggak mah saya nggak sempet nonton SoShi deh hehehehe. Sabtu sore, dengan baju hitam bertuliskan "Gee Gee Gee Baby Baby Baby" dan celana doreng yang dikasih sama mertua saya naik ojek menuju Ancol. Dan ternyata masuk Ancol kan harus bayar ya, terpaksa deh saya bayarin itu abang tukang ojek tiket masuk ke kawasan Ancol. Sabtu sore main ke Ancol, nraktir abang tukang ojek. Romantis. Sampe di venue, udah rame aja. Tanpa pikir panjang, besar, kencang, dan tahan lama (opo meneeeeh) saya langsung deh ikut antrian masuk yang sudah mengular itu. Di sekeliling saya isinya anak muda, mbak-mbak, adek-adek, mas-mas, ibu-ibu yang nganterin anaknya, dan cuman saya kayaknya yang cengo datengnya sendirian. Dan pas ngantri, ada serombongan adek-adek abegeh yang nanya saya "Om, antri tiket Festival B di sini ya?"
(((OM)))
(((OM)))
(((OM)))
APA KAMU BILANG HEEEEH????? 
Kenyataan memang pedih jenderalllllll....... -_____-

I am not gonna tell you about the concert, because that was a hell of three fvckin hours with sweat, noise, and joy......... and admiration. Setelah keluar dari gedung konser, saya kaya habis shooting film India di adegan hujan-hujanan. Dengan kata lain, saya basah kuyup, oleh keringat. Walhasil, daripada nanti diusir dari TransJakarta karena bau keringat, akhirnya saya beli kaos pink...saya ulangi kaos pink, dan topi yang cuman saya pakai kalau lagi ngeledekin istri saya. Perlu diketahui, istri saya benci banget kalau saya pakai topi itu, kaya alay katanya hehehehehe.
4. Welcome, Gerradishti

Hari Perkiraan Lahir anak saya kata dokter jatuh pada 29 September 2014, menjelang hari tersebut saya deg-deg an....biasa lah sindrom mau jadi orang tua, yaaa sebenernya juga deg-deg an, anak saya ini lahirnya bakal sebelum, sesudah, atau bahkan bareng sama Konser Soshi, bisa berabe kan? hehehehehe. Sebagai tindakan preventif, saya minta Ibu dan Bapak saya dateng seminggu sebelum HPL anak saya, ya pokoknya sebelum konser SoShi deh hihihihihi Maap ya Pak Buk.... :P. Ternyata si jabang bayi, nongol lebih cepat dari HPL yang diperkirakan, 2 hari lebih cepat.

Waktu itu malam Jumat, saya masih sempet main futsal dulu hehehehe. Dini hari, sekitar pukul 2, istri saya membangunkan saya, mules katanya. Waktu itu di rumah sudah ada Bapak, Ibu, Bapak Mertua, Ibu Mertua, dan keluarga Tante istri saya. Sekitar jam 3 atau 4 akhirnya diputuskan bahwa istri saya harus segera dibawa ke Rumah Sakit karena sudah mengeluarkan darah. Segeralah saya cari taksi, dan macam di adegan sinetron, saya bilang ke abang taksi "Bang tolong cepetan ya, istri saya mau melahirkan" (nggak tau deh waktu itu sempet ada adegan zoom in zoom out ke muka abang taksi nya apa nggak). 

Sampai di Rumah Sakit, langsung deh istri saya dibawa ke kamar dan diperiksa, ternyata baru bukaan 1, yang mana masih ada sekitar 9 bukaan lagi untuk melahirkan (untuk calon bapak dan yang lagi nyari calon ibu buat anak-anaknya, kalau nggak tau istilah bukaan, monggo tanya mbah gugel hehehe). Kata susternya, ditunggu sampai jam 12 siang deh, dan habis itu dicek lagi sudah di bukaan berapa. Enam jam lebih ditunggu, ternyata masih baru bukaan 2, istri saya mulai ngeper, katanya bukaan 2 udah sakit gitu, gimana bukaan 9. Dokter akhirnya nawarin untuk nunggu di Rumah Sakit atau pulang ke rumah saja kalau rumahnya deket. Istri saya milih pulang saja, soalnya dia merasa terintimidasi sama pasien lain yang teriak-teriak kesakitan di sampingnya. 

Sesampainya di rumah, menurut Ibu saya, dan Ibu Mertua, istri saya disuruh banyak bergerak, banyak jalan, biar bukaannya cepet nambah. Ya jadilah istri saya mondar mandir sambil meringis sakit dan megangin pinggangnya. Sekitar pukul 7 malam, pendarahan istri saya mulai banyak, dan akhrinya diputuskan untuk segera sowan ke Rumah Sakit. Lagi, saya nyari taksi, dan adegan ala sinetron tadi pagi terulang. Sampai di Rumah Sakit, kata suster "Ibu tahan banget ya, udah bukaan 7 lho Bu."

Akhirnya istri saya dimasukkan ke kamar tindakan, ditemani Ibunya. Sebelumnya, saya sudah ijin sama istri saya kalau saya nggak usah nemenin di dalam, takut pingsan kata saya hehehe. Tapi Ibu mertua bilang, kayanya istri saya kepengin ketemu, gitu, dan saya disuruh masuk ke dalam kamar tindakan. Tapi memang sih, coba kalau sya nggak nemenin istri, saya bakal melewatkan saat di mana istri saya terlihat awesome, keren, pokoknya istri saya bersinar cerah lah. Njung cahaya asia. Setelah ngeden, nyakar saya, jambak saya, sekitar 3 jam kemudian, alhamdulillah istri saya berhasil melahirkan dengan selamat. Bayi mungil perempuan itu menangis, keras sekali. Saya tertegun, "ini anak saya? saya punya anak?" waaaah magical. Tak lupa saya bisikkan kalimat adzan ke anak saya, ajain, saat saya adzan, tangis anak saya agak mereda dan dia menatap saya. Masya Allah. Habis itu ya dia nangis lagi hehehe.

Selama di Rumah Sakit, anak saya kan kadang dipisah sama ibunya, soalnya harus dimandiin dll. Dan pada saat anak saya lagi dibawa ke luar kamar, Bapak saya selalu gelisah, katanya "Nggak ketuker ya ntar anaknya?" Haduh Bapaaaak....kebanyakan nonton sinetron ya? Tenang aja pak, saya sudah ngasih anak saya liontin yang kembar dengan liontin ibunya, kalau tertukar kan besok gede bisa dicari lewat liontin yang sama dengan liontin ibunya pak. (Halah....iki yo korban sinetron).

Setelah saya jadi seorang bapak, ada sebuah pertanyaan yang ditanyakan oleh temen saya, "Ru gimana rasanya jadi Bapak, ada yang berubah gak?" A good question indeed, yang waktu itu saya jawab sekenanya, sambil senyum gak jelas hehehehe. Iya saya belum bisa jawab, mungkin jam gendong dan jam begadangnya masih kurang sebagai bapak hehehe.  

First cry
 
Oh iya, nama anak saya Gerradishti Yuna Pragyapramatya, iya panjang ya, pasti nanya artinya kan? 
Dishti itu dari bahasa sansekerta artinya "pembawa keberuntungan," Yuna itu you know lah hehehe, eh selain itu artinya juga "good look," Pragya artinya kurang lebih sama dengan Prama yaitu "knowledge and wisdom." Jadi ya gabung sendiri deh hehehe. Biasanya komentar orang saat pertama kali dengar nama saya adalah "panjang banget," tapi komentar suster di Rumah Sakit agak beda "Pak, suka sama huruf Y ya?" saya bengong dan baru ngeh ternyata emang di nama anak saya banyak huruf Y hehehe.
  
5. First Wedding Anniversary

Setiap kali main ke tempat Tata Usaha di kantor, saya selalu ditanya "Mas, udah inget tanggal pernikahannya?" Ya, beberapa kali saya salah sebut tanggal pernikahan saya hehehe. Sebenernya saya orang yang malas mengingat tanggal, jadi ya sering lupa deh. Tapi, untuk hari peringatan pernikahan saya yang pertama, saya berusaha benar mengingatnya, demi kelangsungan tidur saya, agar nggak diusir suruh tidur di luar selama setahun penuh oleh istri saya, nggak boleh tidur di dalam kamar sebelum menghapal tanggal pernikahan kami. Hehehee iya iya, becanda kok. Tapi saya sudah berencana membuat kejutan, sederhana lah, beliin roti, ntar pas jam 00.00 pergantian hari, saya bangunin istri sambil bawa roti dengan lilin menyala dana mengucapkan "happy anniversary sayang." Saya sudah membayangkan muka istri saya yang sumringah dan malu malu tapi seneng ehehehe. Namun apa lacur, di hari H, saya malah lupa, dan saya menyadari bahwa hari itu hari peringatan pernikahan kami pada saat hari sudah malam, mana sempet beli roti. Akhirnya saya mendekati istri saya yang sedang menidurkan si Gerradishti, dan memeluk sambil membisikkan "Happy anniversary sayang" tapi juga sambil siap siap disemprot karena baru ngucapin malam itu. Tak disangka, istri saya kaget, dan ternyata dia yang lupa kalau hari itu adalah hari peringatan satu tahun usia pernikahan kami. Saya pura-pura agak kecewa, padahal ya di dalam hati "syukur..syukur...dia juga lupa, jadi saya nggak dimarahin" :)).

29 Oktober 2012, itu tanggal pernikahan saya dan istri. Iya, bener kok, kali ini saya nggak salah, barusan lihat di Facebook soalnya.